Membumikan Adab, Melangitkan Keberkahan

Oleh Isna Maria Ulfa,

kelas XI G

Pada zaman sekarang, banyak remaja yang tidak terlalu memperhatikan adab mereka kepada siapapun. Semua dianggap biasa saja bahkan pada guru dan orangtua. Padahal adablah yang menempati tempat tertinggi di dalam kehidupan dibandingkan memiliki ilmu yang banyak.

Siapapun dan di manapun kita berada, kita harus menerapkan adab dengan benar, ketika berkomunikasi kepada orang terutama yang lebih tua dari kita. Kita harus lebih berhati-hati dalam mengucapkan sesuatu. Sebenarnya tidak hanya kepada orang yang lebih tua saja kita harus menjaga ucapan, kepada teman atau yang lebih muda pun kita perlu menjaga perkataan kita. Walau sebenarnya saya juga terkadang agak lupa tentang adab, tetapi saya berusaha dan belajar agar adab saya terjaga. Sebab pada dasarnya, toh kita harus memulyakan seseorang yang beradab tinggi dibandingkan orang yang berilmu tinggi tetapi tidak beradab.

Pada pembahasan ini, saya akan memfokuskan tentang adab peserta didik. Ada beberapa peserta didik yang terlalu bar-bar dalam berkomunikasi. Terlalu bar-bar saat berinteraksi dengan guru bukanlah suatu perbuatan yang baik. Tak masalah jika kita terbuka dengan guru, tapi kita harus mengetahui batasannya sekaligus menjaga perkataan. Terkadang guru menilai muridnya melalui adab. Kalau kita mau menjaga adab kita otomatis kita mendapatkan keuntungan bukan?

Ketika kita terlalu bar-bar dalam berkomunikasi terhadap guru dan tiba-tiba tanpa sengaja kita menyakiti hati guru kita, itu akan menjadi salah satu musabab ilmu kita tidak barokah. Tentu itu masalah besar.

اِعْلَمْ، بِأَنَّ طَالِبَ العِلْم لاَيَنَالُ اْلعِلْمَ  وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ اِلَّا بِتَعْظِيْمِ اْلعِلْمِ وَاَهْلِهِ وَ تَعْظِيْمِ الاُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ

Sesungguhnya seorang murid tidak akan mendapat ilmu dan manfaatnya kecuali dengan menghormati ilmu beserta ahlinya dan menghormati guru (Ta’limul Muta’alim karya syekh az-Zarnuji).

Lantas, bagaimana seharusnya cara kita menghormati guru, Kita bisa simak keterangan dalam keterangan kitab yang sama:

وَمِنْ تَوْقِيْرِ اْلمُعَلِّمِ أَنْ لاَيَمْشِىَ أَمَامَهُ، وَلاَ يَجْلِسَ مَكَانَهُ، وَلاَ يَبْتَدِئَ الْكَلاَمَ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ، وَلَا يُكَثِّرَ الْكَلاَمَ عِنْدَهُ، وَلاَ يَسْأَلَ شَيْئًا عِنْدَ مَلاَلَتِهِ وَيُرَاعِىَ الْوَقْتَ، وَلاَ يَدُقَّ البَابَ بَلْ يَصْبِرَ حَتَّى يَخْرُجَ

Sebagian dari cara menghormati guru, yaitu (1) janganlah berjalan di depan guru, (2) jangan duduk di tempat guru (kursi), (3) jangan memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan guru, (4) jangan berbicara aneh-aneh pada guru, (5) jangan menanyakan hal-hal yang membosankan pada guru, dan cukuplah dengan sabar menanti di luar hingga guru sendiri yang keluar dari rumah (tidak perlu teriak-teriak memanggil).

Marilah kita bersama-sama belajar adab, agar kita menjadi orang yang lebih baik. Buka lembaran hidup baru dan isi dengan hal-hal positif dan beradab. Insyaallah, kita menjadi orang yang lebih baik dari kemarin, dan jika kita ingin hidup damai kita bisa membenahi adab kita sedikit demi sedikit, kemudian kita mencari ilmu dan mengamalkannya.

Referensi: 

Ta’limul Muta’alim karya Syekh az-Zarnuji

Penulis:

Isna Maria Ulfa,

kelas XI G