
Guru: Antara Asumsi Publik dan Realita yang Melelahkan
Oleh Arif Sutoyo
Setiap orang mempunyai status sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam setiap status sosial haruslah dibarengi dengan pelaksanaan peranan (tugas) dalam laku hidup yang mencerminkan status sosial yang melekat pada dirinya, hal tersebut juga berlaku pada seseorang yang berstatus menjadi guru.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen di tuliskan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai peran penting dalam membentuk kepribadian generasi penerus bangsa menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Ada Asusmsi yang kurang tepat di masyarakat. Status guru dianggap mempunyai peran dan tugas yang ringan dibanding status profesi lainnya. Seorang guru dianggap hanya berangkat pagi dengan berpakaian rapi ke sekolahan/madrasah, mengajar di kelas dan siang hari pulang lalu beristirahat di rumah. Asumsi itu tidak sepenuhnya salah, kalau dilihat dari sekilas aktivitas yang dilakukan oleh para guru. Namun pada kenyataannya seorang guru dalam menjalankan tugas dan peran secara profesional membutuhkan waktu lebih dari 12 jam dalam sehari.
Dalam menjalankan tugas untuk mengajar, guru tidak bisa asal-asalan dalam mengajar di kelas. Sebelumnya guru harus membuat perencanaan dalam pembelajaran terlebih dahulu, kemudian diaplikasikan di dalam kelas dengan pengelolaan kelas yang baik dan melaksanakan penilaian setelah diaplikasi perencanaan itu. Sedangkan dalam mendidik, guru harus hati-hati. Sebab tugas ini diharapkan mampu membentuk kepribadian peserta didik yang baik dengan tingkat kedewasaan yang sempurna sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Sedangkan setiap peserta didik mempunyai watak dan kepribadian yang beragam. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai cara-cara yang tepat dalam mendidik anak.
Seiring perkembangannya, guru tidak hanya mengajar dan mendidik saja. Namun juga harus meningkatkan peran dan kompetensinya guna mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini, guru harus mampu menjadi seorang fasilitator, mediator, motivator, inspirator dan evaluator. Untuk menjalankan peranan seperti itu tidaklah mudah, kompetensi diri benar-benar diuji dan harus terus ditingkatkan mengikuti atau berjalan beriringan dengan perkembangan zaman beserta segala kemajuan dan permasalahan sosial yang ada.
Guru dituntut menjadi seorang fasilitator, artinya guru bisa memfasilitasi peserta didik agar mudah memahami materi yang disampaikan, misalnya saja dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Sebagai mediator, guru diharapkan mampu menjadi penengah dalam proses pembelajaran, misalnya menengahi atau bisa juga memberi solusi perdebatan para peserta didik ketika diskusi. Sebagai seorang evaluator, maka guru harus melakukan penilaian terhadap peserta didik, baik prestasi akademik maupun tingkah laku secara sosial.
Sementara peran guru menjadi motivator bagi peserta didik, dapat diartikan memberi motivasi belajar dengan berbagai cara, bisa dengan memberi tugas, pertanyaan maupun menyampaikan kisah inspiratif kepada peserta didik. Tak cukup menjadi motivator. Akan tetapi, juga harus bisa menjadi inspirator bagi peserta didiknya. Tidak hanya cara mengajar, penampilan secara fisik, namun laku hidup dan kreatifitas yang guru miliki dapat menjadi inspirasi peserta didik untuk melakukan hal-hal yang baik.
Peran-peran guru itu juga tidak hanya di dalam kelas-kelas saja, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam istilah Jawa bahwa guru itu digugu lan ditiru yang berarti, guru itu dipercaya dan diikuti/ditiru/menjadi teladan.
Selamat Hari Guru.
Penulis:
Arif Sutoyo, Guru MA Salafiyah Kajen-Pati
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Merawat untuk Menjadi Berguna
"Tidak akan mungkin bisa sempurna, namun kita bisa menjadi berguna" Kataku dalam hati saat melihat foto lama yang muncul di beranda media sosial. Kita semua mengerti bahwa kesempurnaan
Menjadi Guru Merdeka Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Tujuan Pendidikan Nasional pada dasarnya mengacu pada UUD 1945 alinea ke-4 yang didalamnya terdapat kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kalimat tersebut menggambarkan b
TIGA CILOK REKOMENDED MENURUT TIKA
Hai Guys… Siapa sih yang nggak tahu cilok. Pasti tahu dong. Seperti umum kita ketahui bahwa cilok itu jajanan yang terbuat dari tepung dan biasanya ada isian daging. Men
KUPI: Rencana dan Jalan Panjang Ulama Perempuan
Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II yang telah dilaksakan pada tanggal 23-26 November 2022 bertempat di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah berjalan dengan lancar. Seperti
DISIPLIN TAK SESUSAH MELUPAKAN MASA LALU
Banyak orang yang ingin menjadi pribadi yang disipin. Disiplin dalam hal apa saja. Namun, banyak dari kita yang belum tahu langkah apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kein
BUAH ENAM TAHUN ISTIQAMAH
Kala itu, aku adalah murid kelas 3 Madrasah Ibtidaiyyah yang baru lulus dari Taman Pendidikan Alquran atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan TPQ atau TPA. Pada w
BUKU INI WAJIB DIBACA OLEH FAJAR SAD BOY
RESENSI BUKU Judul Buku : MAAF TUHAN, AKU HAMPIR MENYERAH Penulis : Alfialghazi Penerbit &nb
Trabas: Menaklukkan Hati dan Pikiran
Oleh Rangga Adi Setiawankelas X A Trabas merupakan kegiatan adventure trail di alam bebas atau jalur tertentu. Biasanya, kegiatan ini digemari oleh anak muda, terutama laki-laki, namun
How Do Makeup and Skincare Fare with Students
By: Naila Rajiha According to the Cambridge dictionary, "skincare" refers to things people do and use to keep their skin healthy and attractive, whereas "makeup" refers to colo
Perihal Makan dan Nyampah
Oleh Dinda Afiah (XI G) Teman-teman, apakah kalian pernah memikirkan tentang "Bagaimana pandangan masyarakat luar terhadap kita (sebagai Siswa-siswi Madrasah)"? Apakah me