Belajar Kehidupan- Bagian 1
Oleh Novita Indah Pratiwi
“Terkadang orang terbutakan dengan titel pendidikannya yang membuatnya terjerumus dalam jurang kehancuran.”
Suatu sore dari kejauhan sana, saya mendengarkan sayup-sayup suara. Tepatnya suara seseorang dari sebuah telepon yang membuat saya belajar banyak hal dari dirinya, tentang kerasnya kehidupan. Ia menceritakan tentang kehidupannya sejak kecil yang kurang beruntung. Lahir dari keluarga miskin dan mempunyai lima saudara. Ia merupakan anak ke empat dari keluarga tersebut. Sesampainya di titik ceritanya, pada saat ia duduk di bangku sekolah SD, ada seorang guru bertanya kepadanya, “Apa cita-citamu nak?”. Ia hanya terdiam waktu itu. “Saya tak punya cita-cita karena saya tahu bapak-ibu saya miskin tak mungkin menyekolahkan saya, saudara saya banyak, dan kami tak punya apa-apa?”. Seorang anak yang masih duduk di bangku SD sudah punya pemikiran demikian. Sedangkan teman-temannya yang lain menjawab lantang tentang cita-cita mereka. Setelah lulus SD ia pun tak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Kelima saudaranya sepakat untuk hanya menamatkan sekolah sampai jenjang SD saja. Karena mereka sadar bapak dan ibu mereka tidak mampu dan supaya tidak terjadi kesenjangan maka lulusan sekolah mereka harus sama yaitu SD. Kerasnya kehidupan memaksa ia, kakak, dan adiknya untuk bekerja saat usia mereka seharusnya masih mendapatkan pendidikan yang layak. Ia pun berkelana ke Jakarta saat usianya 14 tahun. Membawa uang saku 50 ribu saja. Sesampainya di sana, ia bekerja sebagai kuli bangunan. Selain itu juga menjual baju di pinggir jalan. Sampai di titik ia mendapatkan pekerjaan yang layak di sebuah pabrik konveksi. “Walaupun saya hanya lulusan SD tapi otak dan pemikiran saya tidak boleh kalah dengan orang lulusan perguruan tinggi”, tegasnya. Buktinya singkat cerita dari gaji yang sebulan hanya 300 ribu, sekarang gajinya mencapai angka 12 juta. Kunci yang dia titipkan kepada saya, di manapun kamu berada jangan melupakan dua hal yaitu belajar (dari apapun, karena belajar tidak hanya dari buku tapi juga bisa dari kisah orang lain) dan berusahalah menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
Saya pun belajar dari kisah tersebut. Bahwa di luar sana, sangat banyak orang yang kurang beruntung. Orang yang harus bergelut dengan kerasnya kehidupan ini. Menanggung beban bukan hanya beban dirinya, tapi harus juga membantu ekonomi keluarga. Sehingga mau atau tidak harus tumbuh dewasa sebelum waktunya. Saya tidak hanya memberikan contoh bahwa lulusan SD juga bisa sukses, tapi titik berat yang ingin saya sampaikan adalah BEKERJA KERASLAH dan JANGAN MEREMEHKAN ORANG LAIN. Pendidikan sangatlah penting. Pendidikan adalah investasi masa depan. Tapi kita juga perlu melihat bahwa tidak semua orang yang berpindidikan tinggi sepadan dengan apa yang ia lakukan. Terkadang orang terbutakan dengan titel pendidikannya yang membuatnya terjerumus dalam jurang kehancuran. Misalkan kita melihat bahwa beberapa petinggi yang terjerat kasus korupsi berasal dari golongan berpendidikan tinggi. Maka, kita pun perlu membuka cakrawala pemikiran bahwa banyak pula orang yang punya potensi bagus dalam hal pemikirannya tapi karena terhalang tidak punya titel pendidikan--karena masalah ekonomi yang membuatnya tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi-- sehingga ia diremehkan.
Kehidupan ini pada hakekatnya adalah belajar. Allah menyuruh umatnya untuk terus belajar. Ilmu kehidupan tidak hanya cukup dari sebuah teori tapi juga berasal dari kepekaan kita terhadap sekitar. Kecerdasan intelektual perlu untuk diasah diiringi dengan pembangunan akhlak yang baik. Sehingga seimbanglah kita menjadi insan yang kamil. Terus berproseslah, anak-anak MA Salafiyah Kajen. Sampai ketemu pada tulisan selanjutnya ya. Semoga bermanfaat.
Penulis:
Novita Indah Pratiwi, M.Si.
Guru MA Salafiyah, Kontributor Bincangmuslimah.com
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Merawat untuk Menjadi Berguna
"Tidak akan mungkin bisa sempurna, namun kita bisa menjadi berguna" Kataku dalam hati saat melihat foto lama yang muncul di beranda media sosial. Kita semua mengerti bahwa kesempurnaan
Menjadi Guru Merdeka Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Tujuan Pendidikan Nasional pada dasarnya mengacu pada UUD 1945 alinea ke-4 yang didalamnya terdapat kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kalimat tersebut menggambarkan b
TIGA CILOK REKOMENDED MENURUT TIKA
Hai Guys… Siapa sih yang nggak tahu cilok. Pasti tahu dong. Seperti umum kita ketahui bahwa cilok itu jajanan yang terbuat dari tepung dan biasanya ada isian daging. Men
KUPI: Rencana dan Jalan Panjang Ulama Perempuan
Konggres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II yang telah dilaksakan pada tanggal 23-26 November 2022 bertempat di Semarang dan Jepara, Jawa Tengah berjalan dengan lancar. Seperti
DISIPLIN TAK SESUSAH MELUPAKAN MASA LALU
Banyak orang yang ingin menjadi pribadi yang disipin. Disiplin dalam hal apa saja. Namun, banyak dari kita yang belum tahu langkah apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kein
BUAH ENAM TAHUN ISTIQAMAH
Kala itu, aku adalah murid kelas 3 Madrasah Ibtidaiyyah yang baru lulus dari Taman Pendidikan Alquran atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan TPQ atau TPA. Pada w
BUKU INI WAJIB DIBACA OLEH FAJAR SAD BOY
RESENSI BUKU Judul Buku : MAAF TUHAN, AKU HAMPIR MENYERAH Penulis : Alfialghazi Penerbit &nb
Trabas: Menaklukkan Hati dan Pikiran
Oleh Rangga Adi Setiawankelas X A Trabas merupakan kegiatan adventure trail di alam bebas atau jalur tertentu. Biasanya, kegiatan ini digemari oleh anak muda, terutama laki-laki, namun
How Do Makeup and Skincare Fare with Students
By: Naila Rajiha According to the Cambridge dictionary, "skincare" refers to things people do and use to keep their skin healthy and attractive, whereas "makeup" refers to colo
Perihal Makan dan Nyampah
Oleh Dinda Afiah (XI G) Teman-teman, apakah kalian pernah memikirkan tentang "Bagaimana pandangan masyarakat luar terhadap kita (sebagai Siswa-siswi Madrasah)"? Apakah me